Moderatisme Asy’ariyah (Ahli Sunnah Wal Jamaah – ASWJ/Sunni)

Mazhab Asy’ariyah adalah mazhab yang moderat sehingga dianut oleh mayoritas ulama. Namun seperti apa wujud moderatismenya? Dalam kitab Tabyin al-Kadzib al-Muftari, Imam Ibnu Asakir menjelaskan wujud moderatisme pendapat Imam abul Hasan al-Asy’ari yang selalu memilih jalan tengah di antara dua pendapat ekstrem sebagaimana dalam kasus-kasus berikut:

✪ Sifat Ma’nawi

  • Muktazilah dan Jahmiyah: Allah tidak mempunyai sifat ilmu, kuasa, mendengar, melihat, hidup, kekal atau pun sifat kehendak bebas.
  • Hasyawiyah: Allah mempunyai sifat ilmu seperti ilmu selainnya, pendengaran seperti pendengaran selainnya, penglihatan seperti penglihatan selainnya.
  • Asy’ari: Allah mempunyai sifat ilmu yang tidak sama dengan ilmu lainnya, mempunyai pendengaran yang tidak sama dengan pendengaran lainnya, penglihatan yang tidak sama dengan penglihatan lainnya.

✪ Perbuatan Manusia

  • Jahm bin Shafwan: Manusia tidak mampu mencipta perbuatan apa pun atau melakukannya.
  • Muktazilah, Manusia mampu mencipta perbuatan atau pun melakukannya.
  • Asy’ari: Manusia tidak mampu mencipta perbuatan, tapi mampu melakukannya. (Beliau menafikan kemampuan manusia menciptakan sebuah tindakan, tetapi menetapkan kemampuan manusia untuk bertindak/melakukan)

✪ Melihat Allah di Akhirat

  • Hasyawiyah Musyabbihah: Allah dapat dilihat dengan mekanisme melihat biasanya, sama seperti objek yang dapat dilihat lainnya.
  • Muktazilah, Jahmiyah, Najjariyah: Allah tidak dapat dilihat sama sekali.
  • Asy’ari: Allah dapat dilihat, tetapi tanpa bertempat, tanpa batasan, tanpa mekanisme apa pun. Sebagaimana Allah dapat melihat kita tanpa batasan atau pun mekanisme, maka kita pun dapat melihat-Nya tanpa batasan atau mekanisme. (Dengan kata lain, Allah dapat dilihat tetapi tidak seperti kita melihat objek selain Allah).

✪ Lokasi Allah

  • Najjariyah: Allah ada di semua tempat, tetapi tanpa merasuk dan tanpa arah spesifik.
  • Hasyawiyah dan Mujassimah: Allah berlokasi di Arasy dan Arasy menjadi tempat baginya dan bahwa Allah duduk di atasnya.
  • Asy’ari: Allah ada saat tidak ada tempat apa pun, kemudian menciptakan Arasy dan Kursi sedangkan Allah tidak membutuhkan tempat apa pun. Allah setelah menciptakan tempat (alam semesta) tetap saja seperti semula (tidak bertempat).

✪ Sifat Khabariyah

  • Muktazilah: Allah mempunyai tangan berupa kekuasaan dan nikmat. Allah mempunya wajah berupa keberadaannya sendiri.
  • Hasyawiyah: Allah mempunyai tangan berupa organ, wajah-Nya adalah bentuk rupa.
  • Asy’ari: Yad Allah adalah sifat, wajh Allah adalah sifat, seperti halnya sifat mendengar dan melihat.

✪ Nuzul (turunnya) Allah di sepertiga malam terakhir dan sifat Istiwa’

  • Muktazilah: Yang nuzul adalah adalah sebagian ayatnya, malaikatnya. Sedangkan istiwa’ bermakna menguasai.
  • Hasyawiyah: Yang nuzul adalah Dzat Allah dengan bergerak dan berpindah tempat dari suatu tempat ke tempat lain. Sedangkan Istiwa’ adalah duduk dan berlokasi di Arasy.
    -Asy’ari: Nuzul adalah salah satu sifat-Nya. Istiwa’ juga salah satu sifat-Nya dan merupakan perbuatan yang dilakukan Allah atas Arasy yang Dia sebut sebagai istiwa’. (Dalam hal ini, beliau menganggap nuzul sebagai sebuah sifat, bukan sebagai gerakan atau perpindahan posisi tubuh. Adapun istiwa’ sebagai sebagai perbuatan tertentu dari Allah yang khusus dilakukannya terhadap Arasy tetapi bukan seperti pemaknaan Hasyawiyah. Beliau sendiri tidak menetapkan makna khusus pada perbuatan yang ghaib ini).

✪ Kalam Allah

  • Muktazilah: Kalam Allah adalah makhluk yang diciptakan.
  • Hasyawiyah: Huruf-huruf, media yang ditulisi kalam Allah, warna yang digunakan menulisnya, serta apa pun di antara dua cover (depan dan belakang) mushaf adalah qadim dan azali.
  • Asy’ari: Kalam Allah adalah qadim, tidak berubah dan bukan makhluk, bukan hal yang sebelumnya tidak ada atau pun hal yang dibuat belakangan. Ada pun huruf-huruf, media, warna dan suara yang terbatas serta apa pun di semesta yang mempunyai mekanisme/corak tertentu adalah makhluk yang diciptakan serta didahului ketiadaan.

✪ Persoalan Kemakhlukan Iman

  • Muktazilah, Jahmiyah, Najjariyah: Iman adalah makhluk
  • Hasyawiyah Mujassimah: Iman adalah qadim (bukan makhluk)
  • Asy’ari: Iman ada dua macam. Pertama, Iman Allah adalah qadim sebab adanya firman Allah “Allah Yang Maha Mukmin, Maha Peduli”. Kedua, iman makhluk, maka ia makhluk sebab muncul dari mereka. Makhluk akan diberi pahala atas kemurniannya dan disiksa atas keraguannya.

✪ Kebebasan dari konsekuensi dosa

  • Murji’ah: Siapa yang pernah murni beriman pada Allah sekali saja, maka dia tidak bisa kafir dengan murtadnya, tidak ada kekafiran dan tidak pula dicatat dosa besar apa pun. (Dengan kata lain, dia selamat secara mutlak meski melakukan dosa apa pun).
  • Muktazilah: Pelaku dosa besar meskipun beriman dan taat akan masuk neraka seratus tahun tanpa keluar sedikit pun.
  • Asy’ari: Mukmin bertauhid yang melakukan dosa nasibnya tergantung pada kehendak Allah; Bila Allah menghendaki, bisa mengampuni dan memasukkannya ke ke surga. Bila Allah menghendaki, bisa menyiksanya sebab dosanya kemudian memasukkannya ke surga. Adapun hukuman yang terus menerus serta kekal, maka tidak dijatuhkan pada dosa besar yang dilakukan terpisah serta bersifat temporer.

Kredit : Abdul Wahab Ahmad