Berkata Imam Fudhail bin `Iyadh rahimahullah:
“Orang alim itu cuma ada dua; alim dunia dan alim akhirat. Alim dunia itu ilmunya tersebar luas (diminati publik) sedangkan alim akhirat itu ilmunya tak menarik perhatian. Maka ikutilah oleh kalian alim akhirat dan jauhilah alim dunia, jangan sampai ia menghalangi kalian (dari jalan menuju kebahagiaan abadi) lantaran kemabukannya (terhadap dunia)”. Kemudian Imam Fudhail membacakan ayat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِّنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ
“Wahai orang-orang yang telah beriman, sesungguhnya kebanyakan para al-ahbar dan para rahib itu benar-benar memakan harta-harta manusia dengan cara yang batil dan menjadi penghalang dari jalan Allah”.
Al-Ahbar itu adalah para ulama dikalangan bani Israil, sedangkan rahib itu adalah para ahli ibadahnya”. Kemudian beliau melanjutkan: “Sungguh banyak dari kalangan ulama kalian yang penampilannya lebih menyerupai penampilan Kisra (raja kaum majusi persia) dan Kaisar (raja kaum kristen romawi) ketimbang menyerupai Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Sesungguhnya Nabi shallallahu
alaihi wasallam tiada meletakkan satu batu bata atas batu bata lain dan tiada sebilah kayu atas sebilah kayu yang lain (yakni tergiur membuat rumah lebih sebagai tempat tinggal), akan tetapi di angkatkan untuk beliau ilmu yang agung maka beliau pun berjuang keras kepada mengamalkan dan menyebarkannya”. (Diriwayatkan oleh Imam Abu Bakar Al-Ajurri dalam kitab Akhlakul `Ulama).
Ucapan Imam para tabi tabi`in ini kayaknya bertolak dari hadits Nabi:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللّهِ صلى الله عليه وسلم “لَتَتّبِعُنّ سَنَنَ الّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ. شِبْراً بِشِبْرٍ، وَذِرَاعاً بِذِرَاعٍ. حَتّىَ لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبَ لاَتّبَعْتُمُوهُمْ” قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللّهِ آلْيَهُودُ وَالنّصَارَىَ؟ قَالَ “فَمَنْ؟”.
“Sungguh kalian akan mengikuti perilaku-perilaku umat-umat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga jikalau mereka menempuh (masuk) ke lubang dhabb, kalian pasti akan mengikutinya”. Kami bertanya: “Wahai Rasulullah, kaum yahudi dan nasranikah?”. Beliau menjawab: “Siapa lagi kalau bukan mereka?!”. HR. Imam Al-Bukhari
وعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِي بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ فَقَالَ وَمَنْ النَّاسُ إِلَّا أُولَئِك
“Kiamat tiada terjadi sehingga umatku mengambil pegangan generasi-generasi umat sebelumnya sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta”. Seorang shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, (generasi umat sebelumnya itu) seperti bangsa Persia dan Romawi?”. Beliau bersabda: “Siapa lagi manusia (yang menguasai jazirah Arab sebelumnya) kecuali mereka”. HR. Al-Bukhari.
Hadits yang kedua ini mungkin berbicara tentang konteks perpolitikan, sedangkan yang pertama tentang konteks keagamaan. Jadi tidak kontradiksi. Wallahu a`lam.
Kredit : Ustadz Salahuddin