Imam Sanusy dan kontribusinya dalam membendung akidah Asy’ary.
Ketika umat Islam mengalami bermacam-macam masalah dalam akidahnya, ada saja cara Tuhan untuk memperbaikinya. Ya, ini sesuai dengan janji-Nya untuk terus menjaga agama-Nya hingga hari yang dijanjikan datang.
Di antara tanda tuhan selalu menjaga umat Islam dari berbagai syubhat dan tantangan adalah lahirnya tokoh-tokoh hebat di antara umat Islam untuk melawan segala tantangan dan menjaga aqidah Islam dari syubhat yang menyesatkan.
Dan ini terbukti, sejarah menjadi saksi atas perjuangan para pahlawan dalam membela akidah yang mulia ini. Tentu sangat-sangat mustahil jika kita menceritakan kisah-kisah heroik mereka hanya dalam tulisan kecil ini, bahkan para sejarawan saja membutuhkan banyak tinta, berlembar-lembar kertas, bahkan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengabadikan kisah perjuangan berdarah mereka untuk generasi Islam setelah mereka.
Lihatlah sekarang, salah satu contoh paling nyata dalam kehidupan kita sekarang adalah bagaimana mudahnya kita dalam mengakses akidah. Akidah Islam, mulai dari eksistensi ketuhanan, kenabian, perkara-perkara ghaib, semuanya dibahas dengan pembahasan mudah dipahami dan mudah dijangkau oleh setiap kalangan, mulai dari mutakhassis hingga masyarakat awam. bahkan dilengkapi dengan dalil naql dan dalil logika yang singkat dan tidak terbelit-belit.
Tentulah dibalik semua ini, ada sosok yang sangat berjasa dalam menguraikan dan menyusun akidah hingga nampak begitu mudah. Seharusnya sosok berjasa ini lah yang harus kita bangga-banggakan, kita angkat namanya di setiap media, kita ceritakan kisahnya pada murid dan anak cucu. Sekalipun tak sanggup kita persembahkan lencana penghargaan, paling tidak kita merasa berterima kasih dan mengirimkan doa untuknya.
Nah, di antara sosok yang paling berjasa dalam mempermudah metode penyusunan dan penulisan akidah seperti yang tersebar di sekeliling kita saat ini adalah Imam Sanusi dan madrasahnya.
Imam Al Alamah Muhammad bin Yusuf As-Sanusi Al-Maliky Al-Asy’ary atau yang lebih terkenal dengan sebutan Imam Sanusi adalah seorang Imam besar dalam ilmu kalam, tasauf, hadits, qiraah, fiqh dan ushul fiqh. Beliau lahir berasal dari suku Sanusah, satu suku dari bangsa Berber (Amazigh) di daerah Maghrib. Beliau lahir di tahun 832 H (sebagaimana yang diriwayatkan oleh At tunbuky dalam Nailul Ibtihaj) dan wafat pada tahun 895 H di umurnya yang ke 63 tahun.
Imam Sanusi adalah orang yang mengembalikan pembahasan ideologi Islam pada poros asalnya, beliau lah yang memisahkan antara ilmu kalam dan filsafat yang sebelumnya dikawinkan oleh Imam Ar Razi sebab tuntunan pada masanya. Karena musuh akidah yang dihadapi Imam Ar-Razi dan madrasahnya saat itu adalah orang-orang falisifah, makanya kitab-kitab ar-razi dan madrasahnya, seperti tahzibil kalam, mawaqif, maqasid, dll yang di dalamnya banyak mengandung perdebatan dan bantahan-bantahan terhadap syubhat-syubhat pemikiran lain tampil sebagai senjata pamungkas untuk memberantas musuh-musuh. Namun, sering berjalannya waktu masalah dalam agama telah berubah, tapi kitab-kitab madrasah Ar Razi yang sukar untuk dipelajari muslim dari berbagai kalangan masih digunakan. sehingga maksud sebenarnya dari ilmu kalam untuk mengenalkan tuhan jadi tidak mudah tercapai.
Maka di sinilah Imam Sanusi tampil, beliau mulai menyempurnakan kitab-kitab madrasah Imam Ar Razi dan mengembalikan metode penulisan ilmu akidah dan memisahkannya dengan filsafat seperti masa Imam Haramain dan Ghazali, seperti yang tersebar di kalangan kita sekarang. Namun terlepas dari itu, Imam Sanusi juga ikut andil dalam mensyarah kitab madrasah Imam Ar Razi dan mentalkhis kitab mawaqif.
Al Hasil, Imam Sanusi telah berhasil dalam membendung akidah asya’irah. Beliau juga menghubungkan kembali pembahasan ilmu Kalam dengan Tasauf, yang sebelumnya ilmu kalam terasa sangat kering, padahal tujuan belajar ilmu tauhid adalah untuk sampai ke tingkat ma’rifatullah.
Bahkan, silsilah lima aqai’d sanusy (mulai dari kubra, wustha, aqidah shugra, shugra shugra dan muqaddimat beserta semua syarahnya) adalah salah satu karya luar biasa dari Imam Sanusi dalam sejarah umat Islam. Lebih-lebih dari metode penulisannya yang berbeda dengan kitab-kitab lain yang dimulai dengan matan yang sangat ringkas dan singkat, kemudian matan yang agak panjang hingga matan yang luas isi pembahasannya. Dan setiap matan mempunyai keunikannya masing.
Tentu saja, yang memulai penulisan seperti ini bukan Imam Sanusi, tapi para ulama terdahulu juga menulis dengan cara demikian, seperti Imam Ghazali dan Sa’aduddin At-Taftazani. Namun bedanya, Imam sanusi berhasil menghidupkan silsilah aqaidnya sehingga menjadikannya kitab madrasy.
Aqa’idnya Imam Sanusy atau sering disebut Aqa’id Sanusiyat memberi pengaruh besar dalam Islam di timur bahkan hingga ke barat.
Madrasah-madrasahnya kemudian dengan mudah tersebar ke seluruh seantero negara Islam, khusunya di Asia Tenggara. Di Aceh dan Indonesia misalnya, kitab-kitab tauhid yang dijadikan rujukan bertahun-tahun silam hingga sekarang adalah kitab-kitabnya madrasah Sanusiyah, seperti Matan jauharah, kharidah bahiyah, kifayatul awam, dll. Kitab-kitab ini lah yang dijadikan kurikulum di berbagai pesantren, madhaifah dan madrasah-madrasah Islam yang tersebar di Aceh dan negara Islam lainnya.
Sehingga Syeh Hasan Athar dalam hasyiyahnya atas Jam’ul Jawami’ berkata “tidak dianggap Asy’ary jika tidak membaca kitab madrasah Imam Sanusy”. Saking besarnya peran kitab-kitab ini dalan menjaga iman setiap muslim, menjaga akidah seakan madrasah Sanusiyah adalah simbol Asya’irah.
Karena itu, sungguh ironis rasanya, jika kita yang mengatakan diri Asy’ary tapi tak kenal Sanusy, dll.
Kredit : Maulizal Akmal